Setiap menjelang akhir tahun, kita (biasanya) selalu
membuat resolusi, target yang akan dicapai ditahun berikutnya. Tentu saja bagi
pemula (mungkin) akan terasa sangat menyebalkan –begitu juga saya,hehe-. Mengapa
? jenggg, usut punya usut (?) nih karena kita ga tau apa yang mau kita capai.
Dengan kata lain sama saja kita ga punya impian –nah, kok bisa sih-. Buktinya
kalo kita punya impian atau sederhananya niih cita-cita –makin rumit tau --“-
kita tentunya udah membayangkan langkah apa saja yang dapat dicapaii untuk
meraih tujian kita tadi. Contohnya deh yang gampaang banget, eheem berhubung
saya udah ada embel-embel “mahasiswa” –
asiik- semester depan saya punya target nilai fisdas saya “A”. Terlalu idealiskah ? -hmm- Menurut saya sih untuk sebuah impian dan cita-cita ga ada istilah “idealis”. Sah-sah saja kok, ga ada undang-undang yang mengatur bahwa setiap warga Negara ga boleh bermimpi diluar kemampuannya. –haloo --“a- terlalu hiperbolik sih ya.
asiik- semester depan saya punya target nilai fisdas saya “A”. Terlalu idealiskah ? -hmm- Menurut saya sih untuk sebuah impian dan cita-cita ga ada istilah “idealis”. Sah-sah saja kok, ga ada undang-undang yang mengatur bahwa setiap warga Negara ga boleh bermimpi diluar kemampuannya. –haloo --“a- terlalu hiperbolik sih ya.
Kembali
pada fokus utama kita sebelumnya, ehhh lupa nih saya mencontohkan fisdas karena
saya terlalu mengagumi Einstein –apasih-. Fokuss… Kalo udah punya ambisi terus gimanaa ? Lihat
potensi diri, apa yang bisa dan belum bisa kita lakukan. Bikin timeline biar
ambisi kita tercapai. So, kalo saya misalnya tadi ; setiap hari X jam XX.XX wib
belajar dengan si jagoan fisika xxxx; daan harus konsisten dengan step-step
yang udah kita rancang sebelumnya. Dijamin deh hidup kita lebih terarah dan
teratur, dibandingkan kalo kita membiarkan hidup seperti air yang mengalir.
Lupaakan hal klasik yang demikian. Bentuklah diri kita sendiri dengan jalan dan
cara yang benar tentunya,hehe. Oh ya, baru-baru ini saya membaca sebuah novel
yang berjudul “Imperium” yang merupakan sebuah novel politik (tepatnya kisah
hidup dan perjalanan politik) karya Robert Harris. Novel sejarah politik ini
mengisahkan kembali seorang politikus dari zaman kekaisaran Romawi yang bernama
Cicero, beliau berkata “Kadang mengutarakan ambisi terlalu awal adalah tindakan
konyol – mendedahkannya terlalu dini pada tawa dan kesinisan dunia dapat
menghancurkan ambisi itu sebelum sempat terlahirkan dengan benar. Namun, kadang
kebalikannya yang terjadi. Dan tindakan melisankan itu justru membuatnya
tiba-tiba terasa mungkin terjadi, bahkan dapat terbayangkan”.
So, for me really worth it. Ada semacam gubrakan pintu ambisi yang tak sabar untuk menunjukkan diri pada dunia untuk berbuat lebih baik, ga hanya buat diri sendiri, tapi untuk orang lain.
So, for me really worth it. Ada semacam gubrakan pintu ambisi yang tak sabar untuk menunjukkan diri pada dunia untuk berbuat lebih baik, ga hanya buat diri sendiri, tapi untuk orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Domo Arigatou gozaimasu :D